..:::.. Riena Samputri ..:::..

Minggu, 31 Maret 2013

Perbedaan Karya Ilmiah, Non Ilmiah, dan Semi Ilmiah

Penulisan / karangan adalah sebuah tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penulis dalam satu kesatuan tema yang utuh. Penulisan dapat pula diartikan sebagai serangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur. Hasil penulisan dapat berupa tulisan cerita, artikel, buah pena, ciptaan atau gubahan (lagu, musik, dan nyanyian).

Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan (science) dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode ilmiah.
Jonnes (1960) memberikan ketentuan ilmiah, antara lain dengan sifat fakta yang disajikan dan metode penulisannya. Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang obyektif dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah, sedangkan bila fakta yang disajikan berupa fakta pribadi yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya tulis non ilmiah.

Ciri-ciri karya ilmiah :

1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

3. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Karya Non Ilmiah

Karya non ilmiah adalah sebuah karya dimana penulis mengarang sebuah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).

Ciri-ciri karya non ilmiah :
  • Emotif : Kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
  • Persuasif : Penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative
  • Deskriptif : Pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
  • Jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
 
Karya Semi Ilmiah

Karya semi ilmiah adalah sebuah karangan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak semi formal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan karangan non ilmiah. Maksud dari karangan non ilmiah tersebut adalah karena jenis semi ilmiah memang masih banyak digunakan misalnya dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen. Karakteristiknya pun berada diantara ilmiah.

Minggu, 17 Maret 2013

Penalaran Deduktif

Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya.

Pengertian Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif merupakan cara berpikir berdasarkan suatu pernyataan dasar yang bersifat umum dan berakhir pada suatu kesimpulan baru yang bersifat lebih khusus. Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.

Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional,instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan.

Contoh klasik dari penalaran deduktif :
  • Semua binatang unggas bertelur. ( premis mayor )
  • Ayam adalah binatang unggas. ( premis minor )
  • Ayam bertelur. ( kesimpulan )

Macam-macam Penalaran Deduktif

1. Silogisme 
Silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan (yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus universal), suatu keputusan yang ketiga yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya. Silogisme dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Silogisme Katagorik
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh :
  • Semua tumbuhan melakukan fotosintesis. ( premis mayor )
  • Pohon mangga adalah tumbuhan. ( premis minor )
  • Pohon mangga melakukan fotosintesis. ( kesimpulan )
b. Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.  Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B,  jadwal hukum silogisme hipotesis adalah :
  • Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
  • Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
  • Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
  • Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Tipe-tipe Silogisme Hipotesis 

- Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti :
  • Jika gajian, saya makan pizza.
  • Sekarang gajian.
  • Jadi saya makan pizza.
- Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti :
  • Bila akhir pekan, tempat wisata akan ramai.
  • Sekarang tempat wisata telah ramai.
  • Jadi sekarang adalah akhir pekan.
- Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti :
  • Jika pelangi muncul, maka hujan telah reda.
  • Pelangi tidak muncul, jadi hujan belum reda.
- Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti :
  • Bila buruh mogok kerja, para pengusaha akan merugi.
  • Para penguasa tidak merugi, jadi buruh tidak mogok kerja.

Pengertian Penalaran dan Penalaran Induktif


Pengertian Penalaran

Penalaran berasal dari kata nalar yang memiliki imbuhan pe – an. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita menggunakan nalar. Nalar sama artinya dengan berpikir. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, penalaran adalah :
  1. Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta – yang tidak logis haruslah dikikis habis
  2. Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman
  3. Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
Persyaratan dalam Bernalar

Seseorang dapat dikatakan bernalar jika ia sudah memenuhi syarat yang benar dalam bernalar. Adapun syarat-syarat tersebut, yaitu :
  1. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  2. Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Macam Penalaran

Penalaran dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Pada tulisan ini, hal yang akan dibahas adalah penalaran induktif.

Penalaran Induktif 

Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau empiri. 

Macam-macam Penalaran Induktif

1. Generalisasi
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
Contoh :
Pada pembagian nilai hasil ujian Algoritma kelas 1KA19 dari 50 mahasiswa, hanya 10 mahasiswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata. Maka, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kelas 1KA19 pintar.

Generalisasi sendiri dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

a. Generalisasi Sempurna
Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh : Sensus penduduk.

b. Generalisasi Tidak Sempurna
Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Contoh : Semua remaja perempuan di Indonesia menyukai Kpop.

2. Analogi
Analogi Induktif adalah suatu cara berfikir yang di dasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki suatu kesamaan dari yang penting, maka dapat disimpulkan serupa dalam beberapa karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka tidak dapat dibuat suatu kesimpulan. Tujuan dari analogi adalah :
  • Untuk meramalkan kesamaan
  • Untuk menyingkapkan kekeliruan
  • Untuk menyusun klasifikasi
Contoh :
Desy berhasil lulus dengan nilai UAN yang bagus karena belajar setiap hari, maka Desy akan lolos SNMPTN jika belajar lebih giat setiap hari.