..:::.. Riena Samputri ..:::..

Minggu, 17 Maret 2013

Penalaran Deduktif

Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya.

Pengertian Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif merupakan cara berpikir berdasarkan suatu pernyataan dasar yang bersifat umum dan berakhir pada suatu kesimpulan baru yang bersifat lebih khusus. Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.

Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional,instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan.

Contoh klasik dari penalaran deduktif :
  • Semua binatang unggas bertelur. ( premis mayor )
  • Ayam adalah binatang unggas. ( premis minor )
  • Ayam bertelur. ( kesimpulan )

Macam-macam Penalaran Deduktif

1. Silogisme 
Silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan (yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus universal), suatu keputusan yang ketiga yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya. Silogisme dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Silogisme Katagorik
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh :
  • Semua tumbuhan melakukan fotosintesis. ( premis mayor )
  • Pohon mangga adalah tumbuhan. ( premis minor )
  • Pohon mangga melakukan fotosintesis. ( kesimpulan )
b. Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.  Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B,  jadwal hukum silogisme hipotesis adalah :
  • Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
  • Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
  • Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
  • Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Tipe-tipe Silogisme Hipotesis 

- Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti :
  • Jika gajian, saya makan pizza.
  • Sekarang gajian.
  • Jadi saya makan pizza.
- Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti :
  • Bila akhir pekan, tempat wisata akan ramai.
  • Sekarang tempat wisata telah ramai.
  • Jadi sekarang adalah akhir pekan.
- Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti :
  • Jika pelangi muncul, maka hujan telah reda.
  • Pelangi tidak muncul, jadi hujan belum reda.
- Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti :
  • Bila buruh mogok kerja, para pengusaha akan merugi.
  • Para penguasa tidak merugi, jadi buruh tidak mogok kerja.
c. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya, simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
  • Premis mayor : A atau B
  • Premis minor : Bukan A
  • Konklusi : B
Contoh :
  • Saya tinggal di Jakarta atau Bali. ( premis mayor )
  • Saya tinggal di Bali. ( premis minor )
  • Jadi, saya tidak tinggal di Jakarta. ( kesimpulan )
2. Entimen
Entimen ialah silogisme yang dipendekkan. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
Berbohong adalah dosa karena merugikan diri sendiri dan oranglain. 




Sumber referensi :

0 komentar:

Posting Komentar

Danke !