Pengertian Penalaran
Penalaran berasal dari kata nalar yang memiliki imbuhan pe –
an. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita menggunakan
nalar. Nalar sama artinya dengan berpikir. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, penalaran adalah :
- Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta – yang tidak logis haruslah dikikis habis
- Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman
- Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
Persyaratan dalam Bernalar
Seseorang dapat dikatakan bernalar jika ia sudah memenuhi
syarat yang benar dalam bernalar. Adapun syarat-syarat tersebut, yaitu :
- Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
- Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Macam Penalaran
Penalaran dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif. Pada tulisan ini, hal yang akan dibahas adalah
penalaran induktif.
Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari
peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Penalaran ini lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau empiri.
Macam-macam Penalaran Induktif
1. Generalisasi
Generalisasi
adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum
berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan
harus cukup dan dapat mewakili.
Contoh
:
Pada
pembagian nilai hasil ujian Algoritma kelas 1KA19 dari 50 mahasiswa, hanya 10
mahasiswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata. Maka, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
kelas 1KA19 pintar.
Generalisasi sendiri dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. Generalisasi Sempurna
Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh
fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh : Sensus penduduk.
b. Generalisasi Tidak Sempurna
Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi dimana
kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk
semua fenomena yang belum diselidiki. Contoh : Semua remaja perempuan di Indonesia
menyukai Kpop.
2. Analogi
Analogi Induktif adalah suatu cara berfikir yang di dasarkan
pada persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki suatu kesamaan dari yang
penting, maka dapat disimpulkan serupa dalam beberapa karakteristik lainnya.
Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan perbandingan untuk sekedar
penjelasan, maka tidak dapat dibuat suatu kesimpulan. Tujuan dari analogi
adalah :
- Untuk meramalkan kesamaan
- Untuk menyingkapkan kekeliruan
- Untuk menyusun klasifikasi
Contoh :
Desy berhasil lulus dengan nilai UAN yang bagus karena
belajar setiap hari, maka Desy akan lolos SNMPTN jika belajar lebih giat setiap
hari.
3. Hubungan Kausal
Hubungan kausal merupakan penalaran yang diperoleh dari
gejala-gejala yang saling berhubungan sebab-akibat. Sebab ( gagasan penjelasan)
merupakan hal yang menjadika timbulnya sesuatu dan akibat ( gagasan pokok)
adalah sesuatu yang merupakan hasil dari suatu peristiwa. Terdapat 3 hubungan
kausal, yaitu :
a. Sebab-Akibat, dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi
sebab dan kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat, gagasan
pokok merupakan akibat, sedangkan gagasan penjelas sebagai sebab.
Contoh : Masyarakat sekitar itu selalu buang sampah ke kali
yang mengakibatkan banjir setiap hujan turun.
b. Akibat-Sebab, dimulai dengan fakta yang menjadi akibat,
kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh : Shinta tidak jadi datang ke pesta ulang tahun
temannya kemarin, sebab ia ketiduran.
c. Sebab-Akibat-Akibat, dimulai dari suatu sebab yang dapat
menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang
menimbulkan akibat kedua, seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh : Setiap Lebaran, hampir semua penduduk Jakarta akan
pulang ke kampung halamannya, sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa
jalur pantura akan macet.
Sumber referensi :
0 komentar:
Posting Komentar
Danke !